Konstiapussi Agrarima


Konstiapussi Agrarima
D.I.E Beats X Allawnologi
Music Produced : D.I.E Beats
Lyrik & Vocal : Allawnologi

Ku terbangun dari tidur ditengah malam, kulihat innesia makin suram, akupun geram,
otak menggumam, ingin ku segera menikam, kau yang berbaju atau bertopi hitam.
Force majeur banjir di pacitan, bukti macam peringatan, telah runtuhnya kemanusiaan,
NYIA dan juga Kendeng, kau sebut itu pemerataan, sebagai penanggulangan atau untuk kemajuan.

Modernisasi, kau sebut demokrasi, tapi kau dukung reklamasi, apakah, janji mu, yang tak kenal esensi, kau, ahli beragitasi, padahal, kau hanya onani dengan si tempi, oligarki makin menjadi.
Judi prostitusi kau amini, humaniti dalam diskusi, hilang naluri, nkri harga mati, pancasila harga indomie, demokrasi harga terasi, estetik hanya dalam politik, otokrasi harus di kritik.

Ingin ku hancurkan negera, ku benci hanya atas nama, akhlak loak, otak bajak semua, berani keroyokan saat ditanya, sini duduk dengan kami maka ku caci, dan ku kebiri, saat ku telanjangi. Mari kita berbagi seperti wiji.

Ternyata,kau, Cuma jalankan aturan, tanpa tau, kebijaksanaan, kita memeras otak dengan bacaan, tanpa mengingat bulan, kami pun, sudi untuk jalankan, meski lelah dan bosan, akhiri perlawanan,  tersingkir karna prinsip, struggle pun pasti terselip, resistensi siaga disalip.

Kejumudan, dalam pembentukan, takan halangi, untuk sampaikan, sisi kecil kemanusiaan, walau berujung, dengan kicauan, masih pada kamisan dalam seruan, obituari munir dan juga tan.

Konser amal,  aliansi, propagasi ini,  adalah peleburan, dari pegiat literasi,yaitu,sebagai wadah untuk visi dan misi, lebih peduli dengan sesama, diskusi, perbanyak teman, salurkan hobi atau sekedar untuk hilangkan, sunyi di tengah kehidupan, negara makin mewabah, dekadensi moral, penggusuran disana-sani-, bencana alam pun makin merata, beriringan, dengan pemerataan, pembangunan yang tak tepat sasaran.

Pembangunan karakter moral, intelektual, spiritual, hanya sampai, pada pamflet, flyer banner spanduk, yang menempel di tembok, untuk dapatkan, banyak tangan yang bertepuk . uang kau tumpuk, kau biarkan, yang miskin makin terpuruk, hanya teringat dengan si empuk.

Oh Tuhan, ratakan sekalian, bumi ini, terlalu banyak penggusuran., pengangguran,  
penghambaan dan pembodohan, karna tak sedkit, yang mengaku anak tuhan,
kalian juga, tak horamati aturan, meski mereka contohi kezdzaliman,
tunjukan jika kau memang ilmuwan, kaulah, panutan untuk diri dan anak famili.

Aku memang dari anak petani, yang tak cakap dalam diskusi, tak juara, dalam diplomasi, tak suka basa-basi, kota kediri,  ku menaruh harap untuk bersemi, tumbuhkan jati diri, pandai mengkaji, hormati, hingga terhembus orama wangi, dalam diam aku berjanji, dalam tindak ku tebus bukti, kediriku kota bersemi, sinar terang jalan hidup ku ini.



Komentar

Postingan Populer