BARNISAN UTKOPIS

BARNISAN  UTKOPIS

Bagaimana bisa kami berdiam diri, menganggap ini, takdir ilahi
sementara ucap mu taburkan benci, dari mulutmu keluar tai
lalu kau berteriak atas nama yang suci, jadi jangan hanya jadi seorang dai
lihatlah bagaimana tangisan seorang bayi, kelaparan juga disana-sini

Kala kau memang ahli, jangan coba campuri, urusan kami, hafalin saja kitab suci 
dan patuhi semua sunnah nabi, jangan kau mengusik kami,
jangan rubah idelogi, jadi berdiam diri, lah kau bau terasi, kencingi oligarki,
serta janji-janji,  kenikmatan setelah mati.

Dalam satu orasi, jangan sekali kau coba kembali, jika tak ingin mati,
atau mending bunuh diri, potong kemaluan saat kau ereksi
kau yang suka ejakulasi dini, agar kau tau bagaimana sakitnya di dzolimi
agar kau sadar tugas dari seorang nabi.

Kau yang telah koma, sakit jiwa , karna keracunan dogma, kita beda selera
jangan paksa kami untuk berbuat dosa, karna kami peduli dengan sesama
dan semesta hingga lupa dengan tuhan yang maha esa,
dan jangan kau hanya melirik dengan sebelah mata.

Cibiran dari bocah ingusan, yang hanya tau selangkangan, otak pun masih segelan,
terlalu banyak hafalan, rapalan, padahal hidupnya berantakan
dan aku tak heran kau lahir prematur, bicara mu tak teratur, seperti orang dungu yang mau kabur
seperti lumpur di dalam sumur.

Ada juga preman bertopi hitam, yang sukanya mengecam, bicara macam-macam
yang kau tau hanya logam daging dan salam, katanya kau berorgan silam
silahkan,kau sembah tuhan mu hingga akhir malam, lalu apa kau pernah dapatkan kalam
suram akhirnya geram dan Cuma menggumam. 

Takut janji kepada tuhan, kau muncratkan dengan ucapan tanpa pijakan,
sembah dengan desahan, puji dengan kenikmatan, lendirmu kan banjiri,
rumahmu dengan tetesan mani dan tai, lalu darah kan aliri, setiap sudut kamar mu ini,
kau tak bisa perbaiki, tunggulah derita yang datang terus menghampiri

Kau bilang kami gila, kami pun hanya tertawa, jadi penonton semata,
 gerombolan semut datang juga tertawa, kau hanya bisa bersendawa bukan berdoa, asal bicara
tuhan mu itu berhala, tak lagi dengan nada-nada,kesombongan telah di dalam dada,
jadi, hakimi setiap peristiwa, sembunyi di balik tawa, kami teliti dapat mencerna.

TERIMAKASIH

Komentar

Postingan Populer