Zimmedia Liter(aksi)


Rezim media, bukan hanya di bacot saja, mari kita aski peduli dengan sesama, kita harus bersyukur,  membaur, lihat ilmu dan juga umur harta bukanlah, jadi sebuah tolak ukur, jangan juga bersifat, selalu takabur, Karna dari didalam kubur, bisa juga, suara ku lebih menggempur. Seperti tercebur didalam sumur.

Literaksi, banyak dari swasta dan negeri, tribakti Stain Uniska UNP unmuh kediri., cerita dongeng dinegeri ini, bagus juga untuk dikaji, bukan Cuma orasi sana-sini,
lihat pula siapa yang militansi, untuk diri sendiri, atau memperkaya diri, , jangan-jangan profit motif berakal brutal, intelek yang gemar anal.   Rascal.
Suhu politik, makin memanas, mediapun jadi alat pemeras, kebenaran makin tergilas, ,kadang pula kita melupa batas, semua jadi alat penindas, ideal media bagaimana dapat meluas. konsep demokrasi, jadi alat transaksi, tuk pemenuhan diri, paling mentok untuk anak famili., itu janji yang maha suci, padahal mulut ini lebih najis dari sibabi, Tai.
Intelek brengsek,  yang lupa bagaimana bersikap rispek, dia juga mengenal tespek, , karna penjajahan sex, sekali lagi, kau merengek rengek, pastilah, karaktermu di sobek-sobek. kita hanya bisa menanam, baca buku sampai terbenam, utopis, optimis,, saat kau diam, dalam temaram, sore dan juga malam, ku ingat pram saat melawan.
Sekolah itu, kapitalis yang licik, dengan berbagi taktik, , kejahatan tersistem, buat ku makin menggidik, tersatir, politik, yang begitu jijik,
kepemimpinan, dan perjuangan, yang kau pekikan, jangan Cuma berujung dengan ulasan,, mari buktikan dengan. perilaku juga tindakan, boleh juga dengan tulisan, Hilangkan nama tuhan.
Ku ingat saat alfian, ajarkan, ku jujur dengan keadaan, saat si wawan,, sampaikan perjuangan, dengan tindakan, yang begitu lugas, cerdas cadas seperti bagas,
yang selalu berikan pemahaman, di jalan dan di taman-taman, sebarkan vaksin dalam ingatan,, terimakasih ku pada semua kawan, karna ku beri kesempatan, tuk belajar menyampaikan.
Mungkin hanya bualan, yang, dengki dengan keadaan, apakah, rasa lapar selalu jadi hambatan? Ataukah harus kita lakukan? Mengapa yang muda makin terlena,
tak berani untuk membela, kita tertawa didunia maya, kita meringis, saat nurani mulai terkikis, walau kadang nampak mengemis, gerimis, kala itu aku menangis.
 Terimakasih

Komentar

Postingan Populer