Rimaja mengeja

Rimaja Mengeja

ini cerita remaja, pulau surga kota takwa,

yang rela korbankan waktu di tengah teman baiknya,

demi sebuah cita ia rela terjemur dibawah teriknya

meski tak tentu pendapatan yang ia terima

ia tetap berjalan sepanjang jalan ia berdoa

agar asa dan cinta dapat ia terima

memantaskan diri dihadapan sesama

allawnologi siang dan malam tetap berusaha tanpa putus asa

kami pergi hanya untuk sesuap nasi

betapa senangnya ketika ia dapat berbagi

meski tak setiap hari, semangat terus berapi-api

hujan dan badai kan dapat ia lalui

keyakinan dan pilihan yang kita tentukan kawan
tak akan pernah  sia-sia di hari tua
begitu banyak cerita, yang kita lewati bersama
suatu hari nanti kan hilang begitu saja tanpa adanya dosa.

sekali kita bersua apakah kita dapat terus berjabat
saat kita tua bersama bagaimana kita saling mengingat
jika nanti memang hilang hanya ini yang dapat terkenang
teringat malam yang penuh keluh diruang tiga kali empat

memang begitu banyak pada usia mereka
masih pada zona nyamannya, sampai kapan ia bicara
termenung karna tingkah ulahnya, menangis karna cerita hidupya
berucap maaf karna kekurangannya

kawan saudara ini saat yang tepat
bahwa kau memang hebat, cepat
untuk semua ummat, kamilah pelayat
untuk dunia tanpa cacat yang dibangun diatas mayat.