lillah ku lelah

lillah ku lelah
 
saat lelah berpasrah, akankah dapat berubah, ku ingin cepat dalam melangkah
kadang ku malu saat bertingkah, seperti fajar merah dipanggung megah
aku ingin kembali hanya beribadah, tak harus repot berfikir lumrah,
namun sadarku pada mu Allah, ada dia yang sudah tertitah.

dan saat senja menjemput tahta, ku berdiri dengan ringkih merintih
sampikan dosa pada sendunya lara, ku tau ini hanya dusta nista semata,
melewati lorong kecil tersandung kerikil, janganlah kau jahil
pemikir kerdil berpegang bedil,dialah kancil berseragam sipil

jika berani tanggal kan seragam tanpa bergumam,
jika kau hebat duduk dengan ku mari berdebat,
jika kau lantang sampaikan juang tanpa berfikir kaulah pemenang,
jika kau manusia sampaikan kebenaran tanpa takut untuk jadi pendosa

ku yakin kau pengecut karna ku lihat engkau berlutut
alibimu kredit jelas ku intai setiap menit, sakit
bertahta prahara berhias mahkota fana,
fatwa kami kafir tak bisa kau tafsir dengan satir terlampir.

dan kini ku rekam jejak dengan sajak
rima ku buat mu sesak macam ciu yang kau tenggak
suaraku serak bukti ku mampu untuk mendobrak
tak bisa kau menolak karna tuhan pun telah berganti jadi budak

lihat dan baca segala yang ada,  simpan makna dalam tanda
sebelum semua hilang tenggelam, sebelum semua palang menghalang jalan,
tuntut kasus marsinah terselesaikan, tukul yang hilang sembilan delapan,
mungkin yang teraniaya karna tulisan, munir yang tersiksa dan tiada di rute penerbangan

saat ku tanya apa kabar kasus? tersapu hilang derai gelombang arus,
atau mungkin sengaja memang tak diurus, rencana kau rancang berantakan jadi tak mulus
menolak lupa, kami menolak patuh, sejarah di reka musuhpun tersuguh
parodi bertajuk drama episode baru, dan tak punya tanduk bertindak ketuk palu.

titik senja dalam detik terakhir, 
lekat tanda tanya selalu terfikir
kemana, kenapa yang berganti gilir,
soal ganda teka taki ala marinir

salahkah jika aku bicara
takutkah pada tatanan aksara
buta mata mana, makna demokrasi era
kala segala berubah halal jadi cara

mundur, sebelum menggenggam
pengecut di jiwa kalian bersemayam
bersembunyi dibalik pangkat dan seragam
coba kau pisah kini kami coba kau bungkam

tanya kami sudah penuh hampir tumpah
kembalikan mereka keluh kami bersumpah
takkan berhenti sebelum kembali berjumpa
terus berjuang hajar mimbar pada pendusta

tanpa kabar resah munculkan bilur
guram layar redup semakin kabur
berkali tunas ini tumbuh sema kin subur 
menagih lunas rimaku kan terus meluncur.

 

Komentar

Postingan Populer